Cahaya Perempuan Sosialisasi Cegah Perundungan di SD

Maraknya kasus perundungan di lingkungan sekolah, bahkan yang berujung pada tragedi, mendorong Women Crisis Center (WCC) Cahaya Perempuan untuk mengambil langkah pencegahan.

Lembaga yang fokus pada pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Bengkulu itu menggelar sosialisasi tentang pencegahan bullying di SDN 42 Kota Bengkulu,

Direktur Eksekutif WCC Cahaya Perempuan, Leksi Oktavia, menjelaskan bahwa anak-anak usia sekolah dasar berada dalam tahap perkembangan kognitif dan sosial-emosional yang masih sangat rentan. Di usia ini, mereka sering kali belum memiliki keberanian untuk melaporkan kejadian perundungan yang mereka alami atau saksikan, karena takut akan balasan dari pelaku atau merasa bahwa suara mereka tidak akan didengar.

“Faktor pengaruh teman sebaya yang kuat juga membuat anak-anak cenderung meniru perilaku yang ada di sekeliling mereka, termasuk tindakan bullying,” katanya.

Leksi menegaskan bahwa perundungan memberikan dampak negatif yang besar, tidak hanya bagi korban, tetapi juga bagi pelaku. Korban bullying bisa mengalami gangguan psikologis yang serius, seperti trauma, kecemasan, depresi, hingga keinginan untuk mengakhiri hidup.

Selain itu, mereka sering mengalami penurunan prestasi akademik karena sulit berkonsentrasi dan merasa takut untuk pergi ke sekolah. Dalam kehidupan sosial, korban cenderung menarik diri, kesulitan membangun hubungan dengan teman sebaya, dan merasa tidak aman di lingkungannya. Bahkan, dalam beberapa kasus, bullying yang berbentuk kekerasan fisik juga dapat menyebabkan luka serius pada tubuh korban.

Sementara itu, pelaku bullying pun tidak terlepas dari dampak negatif. Menurut Leksi, anak yang terbiasa melakukan perundungan cenderung mengembangkan perilaku antisosial yang bisa berlanjut hingga dewasa.

Tidak jarang, tindakan perundungan yang dilakukan sejak usia dini berujung pada keterlibatan dalam kasus hukum di kemudian hari. Selain itu, meskipun terlihat dominan di antara teman-temannya, pelaku bullying sering kali mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat karena pola perilaku kasar yang sudah terbentuk.

Dalam sosialisasi ini, WCC Cahaya Perempuan menekankan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua siswa. Sekolah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anak merasa terlindungi dan bebas dari ancaman perundungan.

Lebih dari itu, pendidikan karakter juga harus diperkuat sejak dini, agar anak-anak memahami nilai empati, saling menghormati, dan keadilan. Deteksi dini oleh guru dan staf sekolah juga menjadi faktor penting dalam mencegah bullying semakin berkembang, karena dengan memahami tanda-tandanya sejak awal, intervensi yang tepat dapat segera dilakukan.

Tak hanya pihak sekolah, orang tua juga memiliki peran yang tak kalah penting dalam mencegah perundungan. Sosialisasi seperti ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran orang tua tentang bahaya bullying dan bagaimana cara mereka dapat berkontribusi dalam mencegahnya.

Dengan adanya dukungan dari seluruh elemen, baik guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri, diharapkan tercipta lingkungan sekolah yang lebih suportif, di mana anak-anak merasa aman untuk melaporkan tindakan perundungan tanpa takut akan konsekuensi negatif.

Leksi berharap bahwa kegiatan ini dapat menjadi langkah awal dalam membangun budaya sekolah yang lebih peduli dan responsif terhadap isu bullying. Ia menegaskan bahwa upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi membutuhkan kerja sama dari semua pihak.